Kamis, 12 Mei 2016

Energi Alternatif Potensial di DIY : Pembangkit Listrik Hidro Mikro

Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang terjadi terus menerus seharusnya mendorong kita untuk menggunakan energi alternatif sebagai pengganti energi konvensional yang selama ini kita pakai. Penggunaan energi alternatif akan memberi perlindungan suatu bangsa pada kenaikan harga bahan bakar fosil, serta mengurangi ketergantungan pada negara-negara lain untuk pasokan minyak. Selain itu, sumber energi alternatif akan membatasi konsumsi sumber energi tak terbarukan seperti minyak bumi dan batubara, serta yang paling penting, mengurangi pencemaran lingkungan dan efek negatif pada sumber daya alam seperti air, udara, hutan, dll. Peningkatan penggunaan sumber energi alternatif pada akhirnya akan menciptakan lapangan kerja baru sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Air merupakan senyawa yang menutupi hampir 71% permukaan bumi dan terdapat sekitar 1,4 triliun km3 air di bumi yang sebagian besar berada di laut. Pada dasarnya, air di seluruh permukaan bumi ini mengalir contohnya adalah aliran sungai, gelombang pasang surut, ombak, arus laut, dan sebagainya. Aliran-aliran air tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pemutar turbin yang menggerakkan generator listrik untuk menghasilkan energi listrik. Energi listrik yang berasal dari aliran air ini disebut dengan hidroelektrik (hydoelectric). Hidroelektrik menyumbang sekitar 19% dari kebutuhan listrik dunia. Energi listrik dengan tenaga air ini biasanya didapatkan dari sungai-sungai yang dibendung kemudian dibuat saluran-saluran untuk mengalirkan air ke turbin.
Pembangkit listrik tenaga air mungkin masih menjadi sumber energi alternatif yang populer. Tenaga air merupakan sumber energi terbarukan sekaligus ramah lingkungan karena tidak menghasilkan limbah. Di Indonesia penggunaan air sebagai sumber energi sudah digunakan sebagai pembangkit listrik dalam skala besar. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Indonesia antara lain; PLTA Karangkates, PLTA Gajah Mungkur, dan sebagainya.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sangat memungkinkan untuk mengembangkan teknologi ini. Daerah-daerah tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
  • Kabupaten Kulonprogo: Terutama di Saluran Kalibawang di Semawung, Banjar Arum, Kalibawang, Kulonprogo dengan debit air 4000 lt/detik.
  • Kabupaten Sleman: Terutama di Selokan Mataram di Desa Trini, Trihanggo, Gamping, dengan debit air 1500 lt/detik.
  • Kota Yogyakarta: Kali Buntung, Tegalrejo dengan debit air 230 lt/detik.
  • Kabupaten Bantul: Terutama di Sungai Opak di Bendung Tegal, Gaten, Canden, Jetis, dengan debit air 1500 lt/detik.
  • Kabupaten Gunung Kidul: Terutama di Sumber air terjun Slumpret, Mengguran, Bleberan, Playen dengan debit air 35 lt/detik



Sumber :
http://www.jogjainvest.jogjaprov.go.id/id/berita/detail/58/energi-alternatif-potensial-di-diy-bag-i-pembangkit-listrik-mikro-hidro


Bisakah Kita Temukan Planet Krypton di Dunia Nyata?


Pencarian planet ekstrasurya, planet yang mengorbit bintang selain Matahari kita, telah menjadi bidang utama penelitian luar angkasa dalam dekade terakhir. Dengan dirilisnya "Batman vs Superman: Dawn of Justice", apakah planet rumah Superman yakni Krypton benar-benar ada? Atau setidaknya adakah planet yang sangat mirip?
Kita tidak banyak mengetahui lebih jauh Planet Krypton. Karena komik awal Superman hanya menggambarkan Krypton sebagai planet berbatu mirip Bumi, namun jauh lebih tua. Dalam film "Man of Steel", Krypton dikatakan berusia sekitar 8,7 miliar tahun dan berkehidupan cerdas, bernama Kryptonians, yang telah mendirikan peradaban selama ratusan ribu tahun.

Dimulai dengan Bintang Merah
Dalam rangka untuk mencari Krypton, hal pertama yang kita perlu lakukan adalah mengidentifikasi bintang induknya, atau setidaknya jenis dari bintang induknya. Yang kita tahu adalah, bintang induk planet Krypton tidak seperti Matahari, bintang induk Krypton ini berwarna kemerahan, bernama bintang Rao.
Setidaknya ada tiga kelas bintang yang berwarna merah: katai merah, raksasa merah dan maha raksasa merah. Ketika kelas bintang tersebut berbeda dalam ukuran, warna merah mereka memberitahu kita bahwa mereka memiliki suhu permukaan lebih dari 3.200° Celcius, sekitar setengah dari suhu permukaan Matahari.
Dan di antara ketiga kelas bintang tadi, bintang katai atau kerdil merah merupakan jenis bintang yang paling umum di alam semesta. Bayangkan saja, sekitar 75% dari bintang-bintang terdekat Tata Surya kita adalah bintang katai merah. Seperti namanya, bintang katai merah berukuran lebih kecil dibandingkan dengan Matahari, dengan massa antara 7,5% hingga 50% dari massa Matahari.
Sementara itu, Matahari kita di masa mendatang akan mengembang menjadi bintang raksasa merah, karena kehabisan bahan bakar hidrogen, sehingga akan membesar hingga ke orbit Bumi. Tapi itu tidak seberapa dibandingkan dengan bintang maha raksasa merah. Jika pusat Tata Surya diganti dengan bintang maha raksasa merah, maka diameter bintang tersebut hingga memotong orbit Saturnus.
Dan ya, penggambaran bintang induk planet Krypton ini faktanya bervariasi antara tiga jenis bintang selama bertahun-tahun, tapi jika merujuk ke film "Man of Steel" tadi, bintang Rao masuk kelas bintang katai merah.

Penelitian Bintang Katai Merah LHS 2520
Pada tahun 2012, astrofisikawan Neil deGrasse Tyson diundang untuk memilih lokasi yang sebenarnya dari bintang Rao. Tyson memilih sebuah bintang yang dikenal sebagai LHS 2520, bintang katai merah di rasi bintang Corvus. Pencarian planet di sekitar bintang tersebut pun dilakukan, namun sejauh ini terbukti sia-sia, tapi itu bukan berarti tidak ada.
Untuk menemukan sebuah planet ekstrasurya mirip Bumi di sekitar bintang katai merah, cara menemukan yang baik biasanya menggunakan metode radial velocity atau teknik doppler, yakni mengukur gerakan kecil dari sebuah bintang yang merupakan respon dari tarikan gravitasi planet yang mengorbitnya.
Sejauh ini, para astronom hanya memiliki sedikit data dari bintang LHS 2520 ini, yang dikumpulkan oleh High Accuracy Radial velocity Planet Searcher (HARPS). Ini berarti saat ini kita hanya bisa "menemukan" planet raksasa gas yang mengorbit bintang tersebut, karena planet jenis ini cukup besar untuk menghasilkan perubahan pada bintang yang dengan mudah diteliti oleh para astronom.
Tetapi jika penemuan planet raksasa gas pun tidak berhasil, pemahaman kita tentang bagaimana sistem planet terbentuk dari awan gas, debu dan batu yang menggumpal bersama-sama dalam tarikan gravitasi tampaknya menunjukkan bahwa harus selalu ada lebih dari satu planet yang mengorbit sebuah bintang. Jadi jika kita menemukan salah satu saudara Krypton, mungkin dengan pengamatan lebih rincin kita akan dapat menyimpulkan keberadaannya.


Menuju Tak Terbatas dan Melampauinya
Tetapi jika kita gagal untuk menemukan planet yang mengorbit bintang katai merah LHS 2520, kita selalu bisa mencari di tempat lain, di bintang lain yang sejenis bahkan beda jenis. Dan untungnya, mencari planet di yang mengorbit bintang katai merah merupakan target utama penelitian para astronom dunia saat ini.
Sebagai contoh, ada sebuah kampanye bernama Pale Red Dot, sebuah kampanye internasional yang dikoordinasi oleh para peneliti di Inggris untuk mencari planet mirip Bumi di sekitar bintang tetangga terdekat kita, Proxima Centauri.
Penemuan planet mirip Bumi pada dasarnya meruapkan palang pintu manusia yang penting, meningkatkan harapan ketika di masa mendatang kita mengalami kemajuan teknologi ruang angkasa, kita bisa satu hari mengunjungi planet mirip Bumi tersebut.
Ada juga proyek Carmenes, proyek yang akan melihat dan meneliti sekitar 300 bintang katai merah selama tiga tahun ke depan untuk mencari planet mirip Bumi. Semua ini dilakukan semata-mata untuk meningkatkan ilmu pengetahuan kita tentang alam semesta yang begitu luasnya.
            Tapi kembali lagi, meskipun probabilitas begitu kecil, banyaknya jumlah bintang katai merah di luar sana tidak menutup kemungkinan dari keberadaan planet mirip Krypton yang siap untuk kita temukan.


Sumber:



Rabu, 11 Mei 2016

Pikatan Arya Bramajati, Siswa SD Raih Juara Matematika Internasional

 
Pikatan saat disambut teman-temannya.

Prestasi sangat membanggakan diraih oleh murid SD asal Purwokerto. Tak hanya juara nasional, murid SD itu meraih juara matematika tingkat dunia. Dialah Pikatan Arya Bramajati, murid kelas VI SD Negeri 2 Sokanegara Purwokerto, yang berhasil menyabet medali emas olimpiade matematika dunia pada ajang Wizards At Mathematics International Competition (WIZMIC) di India pada 17-22 Oktober 2014.
Murid kelahiran Bandung 23 April 2003 adalah satu-satunya peserta murid SD pada ajang kompetisi olimpiade matematika yang diikuti 172 peserta dari 43 negara dari seluruh dunia. Masih duduk di bangku SD, tidak lantas membuat Pikatan pesimistis untuk bersaing mengikuti ajang kompetisi bergengsi.
 Terbukti  dengan niat dan usaha gigih, anak kedua dari pasangan Dewi Sekarsari dan Dinar Arya Sena ini mampu menjadi yang terbaik. Pikatan mendapatkan medali emas dan dua medali perunggu pada ajang olimpiade matematika tingkat sedunia.
          Satu medali emas olimpiade matematika ini diraih dalam kategori individu. Sedangkan, dua medali perak lainnya diraih dalam kategori kelompok atau tim. Di India, Pikatan berjuang bersama timnya yang beranggotakan Hanan Fahmi, Rio Alexander Audino, Armand Khalif Susetyo.
"Memang materi soal yang diujikan di sana cukup banyak, apalagi semua saat mempresentasikan harus menggunakan Bahasa Inggris. Selain itu, soal-soal dalam olimpiade banyak yang diluar perkiraan. Soal yang ada membutuhkan analisis yang mendalam," kata Pikatan.
         Sebelum berangkat ke India untuk mengikuti olimpiade tersebut, Pikatan telah mengikuti seleksi di Klinik Pendidikan Mipa (KPM) yang berada di Bogor. Di sana dia mengikuti seleksi tahapan Kompetensi Matematika Nalaria Realistik (KMNR) Maret 2014 dan bersaing dengan ratusan murid dari seluruh pelosok tanah air.
 Di sana, Pikatan berhasil mengalahkan lawan terberatnya yang berasal dari negara-negara maju di berbagai belahan benua seperti perwakilan dari negara Asia dan Eropa. Dia mengaku sejak sekolah di TK sangat tertarik dengan matematika. Ketika duduk di bangku SD, dia rajin mengikuti olimpiade.
         "Saya sudah lima kali mengikuti kompetisi matematika tingkat internasional yakni, di World Mathematic Competition Sakamoto Manila (Filipina) 2011 dapat medali perak, International Mathematic Assesments for School 2013 di Solo dapat medali perunggu, International Mathemathics Competition (IMC) 2013 Singapura dapat medali perunggu, IMC 2014 Singapura dapat medali perak dan sekarang di WIZMIC India meraih medali emas dan sua medali perak," katanya.

Sumber:



            

Tim Big Bang, Juarai Kompetisi Software Dunia

Setelah kompetisi yang intens diantara para finalis yang terpilih lebih dari 300,000 pelajar dari lebih 100 negara dan wilayah, Microsoft Corp mengumumkan pemenang Imagine Cup 2009. Tim Big Bang yang terdiri dari David Samuel, Dody Dharma, Dominikus Damas Putranto dan Samuel Simon dari Institut Teknologi Bandung mengharumkan nama Indonesia setelah meraih kemenangan di Image Cup di Kairo, Mesir pada 7 Juli 2009. Tim Big Bang mengharumkan nama Indonesia di Kairo, Mesir dengan membawa aplikasi bernama MOSES (Malaria Observation System and Endemic Surveillance).  Tim Big Bang sukses meraih kemenangan dalam kategori Mobile Device Award dalam Imagine Cup 2009. 

Tim Big Bang

Aplikasi MOSES menggabungkan teknologi client runtime dengan aplikasi di PDA untuk melakukan diagnosa dan analisis terhadap pasien yang diduga terkena malaria secara cepat. Solusi ini diharapkan dapat membantu masyarakat yang berada di daerah terpencil agar dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara cepat dan tepat. 
Salah satu yang menarik, Big Bang membuat tokoh digital (avatar) bernama Marceline yang akan membantu petugas kesehatan dalam diagnosa. Marceline akan bertanya pada pasien beberapa hal terkait malaria, kemudian jawaban pasien akan diolah dengan teknologi voice recognition.
Solusi ini mengurangi waktu untuk mendiagnosa penyakit malaria di dalam tubuh pasien dengan menggunakan bantuan software. Data diagnosa mengenai pasien yang terjangkit penyakit malaria beserta lokasi keberadaannya ini dapat dipetakan dengan bantuan Microsoft Virtual Earth. Data ini dengan mudahnya dapat dibaca oleh yang bersangkutan, dalam hal ini adalah dokter untuk menganalisanya dan memberikan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh si pasien.

Sumber: