Kamis, 30 Juni 2016

Repost Artikel " Apa itu Penyakit Parkinson?"


KOMPAS.com — Tak lama setelah kematian Robin Williams, sang istri mengungkapkan bahwa menjelang kematiannya, Williams didiagnosis menderita penyakit parkinson. Sejumlah tokoh dunia diketahui juga menderita penyakit ini, seperti mendiang Paus Yohanes Paulus II, petinju Muhammad Ali, bahkan Adolf Hitler.
Penyakit parkinson merupakan penyakit yang banyak diderita orang berusia lanjut dan menyebabkan ketidakmampuan gerak yang terus memburuk dan terjadi dalam jangka panjang.
Menurut National Parkinson Foundation, di Amerika Serikat saja 50.000-60.000 orang terdiagnosis parkinson setiap tahunnya. Nama penyakit ini sebenarnya berasal dari nama seorang dokter Inggris, James Parkinson, yang memublikasikan pertama kali penyakit kerusakan otak ini.
Penyebab pasti dari penyakit ini sangat beragam. Profesor Sandra Kostyk, pakar saraf di Ohio State University, mengatakan, meskipun gejalanya hampir sama di setiap orang, tetapi mungkin ada perbedaan penting yang menyebabkan penyakit ini.
Parkinson dapat disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan, misalnya cedera kepala atau paparan pestisida. Sering kali penyebab seseorang menderita parkinson adalah karena kombinasi dari keduanya. Pria secara umum lebih berisiko terkena penyakit ini dibandingkan wanita.
Penyakit ini merupakan hasil dari kerusakan sel pada beberapa daerah di otak, khususnya substansia nigra, daerah yang bertanggung jawab atas produksi dopamin. Dopamin adalah senyawa kimia otak yang mampu mengantarkan sinyal di otak untuk mengoordinasi gerakan. Kekurangan dopamin menyebabkan seseorang tidak mampu menggerakkan anggota tubuhnya dengan baik.
Gejala umum yang ditunjukkan orang dengan parkinson adalah gemetar, pergerakan lambat, otot kaku, masalah pada keseimbangan, dan hilang pergerakan refleks otomatis seperti tersenyum atau gerakan tangan menganyun ketika berjalan.
Selain gejala motorik, parkinson juga menyebabkan penurunan fungsi kognitif, seperti demensia, cemas, depresi perubahan cara berbicara, atau insomnia. Gejala parkinson juga dapat berupa tekanan darah rendah dan konstipasi.
Penyakit ini biasanya sulit untuk terdiagnosis pada tahap awal. Belum ada tes yang efektif untuk mendiagnosis parkinson, tetapi biasanya pasien didiagnosis setelah dokter melihat riwayat kesehatannya dan melakukan pemeriksaan saraf.
Hingga saat ini, penyakit ini belum bisa disembuhkan. Terapi bertujuan untuk memperbaiki dan mengelola gejala. Reaksi seseorang terhadap terapi parkinson juga tidak seragam sehingga belum tentu satu jenis terapi cocok digunakan semua orang. Selain terapi dengan obat-obatan, pasien juga perlu melakukan terapi fisik dan berbicara serta perubahan gaya hidup untuk mengelola dan memperlambat perkembangan dari penyakit.
Penulis : Unoviana Kartika

Repost from :

Tanggapan:
Menurut saya artikel yang berjudul “apa itu Parkinson?” yang ditulis oleh Unoviana Kartika sangat bermanfaat bagi orang awam yang tidak mengetahui apa itu Parkinson. Dalam artikel tersebut terinci secara jelas apa itu Parkinson, penyebab Parkinson, dan gejala Parkinson. Dengan membaca artikel tersebut kita dapat mewaspadai penyakit Parkinson. Sebagaimana kita ketahui bahwa Parkinson bukan penyakit yang bisa dianggap enteng, karena Parkinson dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif. Semoga setelah membaca artikel yang berjudul "apa itu Parkinson?'' dapat membuat masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan.

Minggu, 26 Juni 2016

Penemuan Senyawa Anti HIV/AIDS

Selama ini penyakit HIV-AIDS adalah penyakit yang dianggap paling mengkhawatirkan dan mematikan yang ada di dunia ini, salah satu sebabnya ialah belum ada obat ampuh untuk mengatasi penyakit ini. Oleh sebab itu langkah-langkah sosialisasi  pencegahan dan penelitian untuk meghadapi penyakit ini pun  dilakukan dimana-dimana di seluruh penjuru dunia serta mendapat dukungan dari banyak pihak.
Beberapa waktu yang lalu dunia dikejutkan dengan penemuan sejenis senyawa untuk penangkalnya. Seperti penemuan besar lainnya dalam sejarah,  pada banyak kasus ditemukan secara tidak sengaja, maka demikianlah juga adanya dengan penemuan senyawa anti HIV-AIDS ini. Ketidaksengajaan ini dilakukan oleh seorang asisten profesor yang sedang melakukan penelitian di dalam laboratoriumnya, sehingga menyita perhatian dunia.
 HIV-AIDS (Human Imunodeficiency Virus-Acquired Immune Deficiency Sydrome) adalah sejenis penyakit yang menyebabkan hilangya kekebalan tubuh seseorang. Ketika kondisi kesehatan kita menurun ataupun ketika kita sedang dalam kadaaan lelah, dengan mudah kondisi tubuh kita terasa lemah dan jatuh sakit. Bisa dibayangkan bila kita hidup tanpa ada imun ataupun kekebalan tubuh terhadap penyakit. Penderita yang mengidap  penyakit ini seakan-akan tidak memiliki harapan untuk hidup, karena sistem kekebalan tubuhnya sudah lemah ataupun sudah rusak sehingga sangat mudah terserang penyakit.
 Informasi dari Wikipedia menyebutkanpara ilmuwan berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika-Sub-Sahara.  Diperkirakan AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak dilaporkan tanggal 5 Juni 1981 dan penularannya penyakit ini juga dapat terjadi  melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran glukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina,  cairan pereseminal, dan air susu ibu, hubungan intim (vagina, anal maupun oral), tranfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui serta kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
 Penyakit ini disebabkan oleh sejenis virus. Zhilei Chen, seorang asisten profesor dari Universitas AM Texas, Amerika Serikat, secara tidak sengaja menemukan senyawa yang mampu menghancurkan virus Human Imunodeficiency Virus (HIV). Virus yang menyebabkan penyakit AIDS tersebut akan mengalami kehancuran material genetiknya ketika diberikan senyawa yang bernama Pd 404.182. Senyawa itu menghancurkan material genetik virus HIV dengan merusak RNA-nya, sehingga sulit berkembangbiak dan akhirnya tidak dapat menginfeksi manusia (metrotvnews.com).
 Bagi penderita HIV-AIDS jangan bergembira dahulu, karena butuh waktu agar obat anti HIV-AIDS yang sebenarnya diciptakan. Hal ini tentunya harus menunggu pengembangan-pengembangan dari penemuan senyawa tersebut agar bisa diberikan kepada manusia, terutama bagi para penderitanya yang tersebar di seluruh dunia. Setidaknya ada tiga tahap yang harus dilalui sebelum senyawa (obat) tersebut digunakan masyarakat luas, yaitu 3 hingga 4 tahun harus diuji cobakan pada hewan. Kemudian pada 4 hingga 5 tahun  harus diujicobakan  pada relawan manusia, lalu 2 tahun hingga 3 tahun untuk proses registrasi, sebelum akhirnya diproduksi dalam jumlah banyak (metrotvnews.com).

Sumber:

http://www.kompasiana.com/hadrialaat/senyawa-anti-hiv-aids_5518171ba33311ae07b6629c

Golden Rice : Padi Transgenik

Dewasa ini bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lainnya. Bioteknologi digunakan dalam berbagai bidang seperti bidang pengolahan makanan serta bidang lingkungan. Bioteknologi digunakan dalam kehidupan sehari-hari karena perkembangannya cepat, mudah dimodifikasi dan mampu memproduksi bahan baku lebih cepat dan menghasilkan produk baru. Salah satu contoh bioteknologi adalah padi transgenik yang dinamakan golden rice. Hasil dari sejumlah proses menjadi beras yang mengandung beta karoten.
Golden Rice adalah kultivar (varietas) padi transgenik hasil rekayasa genetika yang berasnya mengandung beta-karotena (pro-vitamin A) pada bagian endospermanya. Kandungan beta-karotena ini menyebabkan warna berasnya tersebut tampak kuning-jingga sehingga kultivarnya dinamakan ‘Golden Rice (‘Beras Emas’). Pada tipe liar (normal), endosperma padi tidak menghasilkan beta-karotena dan akan berwarna putih hingga putih kusam. Di dalam tubuh manusia, beta-karotena akan diubah menjadi vitamin A.
Golden Rice berawal dari sebuah keprihatinan. Di negara berkembang di Amerika Latin, Asia dan Afrika, jutaan anak-anak terancam buta karena kekurangan vitamin A. Vitamin A banyak terkandung dalam buah-buahan sayuran yang berwarna merah, kuning, dan oranye. Misalnya pepaya, tomat, dan wortel. Masyarakat miskin tidak mampu mengkonsumsi buah dan sayuran tersebut secara rutin demi memenuhi kebutuhan vitamin A.
Jagung, beras, gandum, sorgum dan ubi jalar, secara alami ada yang berwarnakuning, oranye, dan merah. Ini adalah produk pangan massal dengan kandungan beta karotin tinggi, yang merupakan perkusor dari vitamin A. Namun IngoPotrykus seorang pakar bioteknologi tumbuhan dari Institute of Plant Sciences,Zurich, Swiss, punya ide lain. Ia ingin memasukkan gen pembawa beta karotin kedalam tanaman padi, hingga beras yang dihasilkan kaya akan vitamin A. Hasil rekayasa genetika padi Golden Rice dipublikasikan dalam jurnal ilmiahScience pada tahun 2000. Tahun 2005, Ingo Potrykus kembali mengumumkan penyempurnaan temuannya, yang kemudian diberi nama padi Golden Rice 2. Sejak publikasi tentang Golden Rice di jurnal Science, reaksi para penentangnya sangat keras. Para aktivis lingkungan yang tergabung dalam Green Peace, palinglantang mengritisi padi Golden Rice. Padi Golden Rice, mereka kategorikan sebagai padi transgenik, yang akan merusak sumber plasma nutfah alami,sementara manfaat langsungnya bagi kesehatan konsumen belum teruji dengan baik.
Bagaimana rekayasa golden rice dilakukan, sehingga bijinya bisa mengandung beta karoten dan berwarna oranye kekuningan?
Beta karoten adalah zat warna oranye kekuningan, seperti pada tanaman wortel. Ia terbentuk dari bahan dasar (prekusor) geranyl geranyl diphosphate (GGDP). Melalui jalur biosintesa, GGDP akan diubah menjadi phytoene, diteruskan menjadi lycopene, dan selanjutnya diubah lagi menjadi beta karoten. Secara alami, dalam biji padi sudah terdapat GGDP, tetapi tidak mampu membentuk beta karoten. Perubahan dari GGDP menjadi phytoene dilaksanakan oleh enzim phytoene synthase (PHY) yang disandi oleh gen phy. Selanjutnya, gen crtI mengkode enzim phytoene desaturase yang bertanggung jawab untuk mengubah phytoene menjadi lycopene. Ada satu enzim lagi yang diperlukan untuk mengubah lycopene menjadi beta karoten, yaitu lycopene cyclase (LYC). Melalui sejumlah proses, maka gen phy, crtl, dan lyc yang berasal dari tanaman daffodil (bunga narsis / bakung) disisipkan ke tanaman padi sehingga padi mampu memproduksi beta karoten berwarna oranye kekuningan, yang kemudian disebut sebagai golden rice.
Namun banyak juga kontroversi mengenai golden rice ini. Beberapa pakar kesehatan malah memperkirakan, bahwa dampak negatif beras emas bisa saja lebih berat, dibanding dengan kekurangan vitamin A yang selama ini dikawatirkan. Hal ini tidak hanya berlaku bagi beras emas, melainkan juga semua komoditas pertanian transgenik. Jepang dan Uni Eropa, selama ini paling kuat menentang masuknya produk-produk pertanian transgenik. Beda dengan AS yang gencar melakukan produksi sekaligus promosi produk pertanian transgenik, termasuk memasarkan benihnya. Yang terakhir ini juga dikawatirkan oleh para penentang beras emas. Sebab hak kekayaan intelektual hasil rekayasa genetika Ingo Potrykus ini, sudah dibeli oleh Monsanto. Yang akan terjadi kemudian adalah, negara-negara miskin dan berkembang, justru akan membeli benih padi Golden Rice dengan harga tinggi. Sementara manfaat langsung dari Golden Rice belum terjadi. Para pengritik Golden Rice juga menunjukkan, bahwa bahaya kekurangan vitamin A pada anak-anak negara miskin dan berkembang, bukan sekedar memerlukan produk pangan massal berbeta karotin, melainkan karena distribusi pendapatan yang tidak merata secara global. Kemiskinan yang terjadi di Amerika Latin, Asia, dan Afrika, bukan karena kekurangan sumber daya alam, melainkan karena adanya eksploitasi dari negara maju.

Sumber :
http://fandestyanafandestyana.blogspot.co.id/2015/10/bioteknologi-berkaitan-dengan-pembiakan.html