Selama ini kita sering mendengar tentang mitos-mitos di suatu
daerah. Kali ini saya akan membahas mitos Pulau Kemaro di Palembang. Pulau
Kemaro terletak di tengah Sungai Musi, Palembang. Konon, siapa saja yang menulis nama dan
pasangannya di pohonnya bakal memiliki cinta abadi.
Pulau Kemaro mempunyai legenda, yaitu kisah putri raja Siti
Fatimah dan saudagar Tionghoa bernama Tan Bun An pada zaman Kerajaan Palembang.
Saat itu, kedua pasangan tersebut baru
pulang dari Tiongkok dan Siti Fatimah bertemu dengan orang tua Tan Bun An. Namun
setibanya di pesisir Sungai Musi, Tan Bun An kaget bukan main.
Tujuh
guci hadiah yang diberikan dari orang tuanya
ternyata berisi sayuran berupa sawi-sawi asin. Tanpa pikir panjang, Tan Bun An
malah menendangnya ke dalam Sungai Musi entah apa alasannya. Tapi, guci
terakhir ternyata pecah di dek kapal dan berisi hadiah yang diyakini emas. Tan
Bun An lalu nyebur ke air untuk mencari guci-guci tadi. Namun, saudagar Tinghoa
itu tidak muncul ke permukaan. Pengawalnya pun lantas menyelam untuk mencarinya,
tapi malah dia juga tak muncul ke permukaan sungai. Melihat itu, Siti Fatimah
juga ikut menyeburkan diri ke air demi mencari kekasihnya. Namun mereka semua justru tidak muncul ke permukaan
air dan konon munculah Pulau Kemaro di tempat mereka bertiga itu. Legenda
tersebut tertera di dekat Vihara Hok Tjing Rio yang ditulis oleh Disparbud Kota
Palembang tahun 2009. Siti Fatimah yang menyelam ke air demi menemukan Tan Bun
An, diyakini sebagai lambang cinta sejati.
Berdasarkan legenda tersebut, kemudian muncul mitos pohon
cinta yang letaknya ada di tengah-tengah Pulau Kemaro. Konon, wisatawan percaya
kalau nama mereka dan pasangan tertera di sana, maka cinta mereka akan abadi
selamanya seperti cinta Siti Fatimah dan Tan Bun An.
Mitos Pulau Kemaro termasuk kedalam legenda, karena berisi
tentang cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai cerita sebagai
sesuatu yang benar-benar terjadi.
Batu yang bertuliskan legenda Pulau Kemaro |
Pagoda di Pulau Kemaro |
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar