Senin, 04 Juli 2016

Statistika dalam Psikologi

Pengertian Statistika
Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Singkatnya, statistika adalah ilmu yang berkenaan dengan data. Istilah 'statistika' (bahasa Inggris: statistics) berbeda dengan 'statistik' (statistic). Statistika merupakan ilmu yang berkenaan dengan data, sedang statistik adalah data, informasi, atau hasil penerapan algoritma statistika pada suatu data. Dari kumpulan data, statistika dapat digunakan untuk menyimpulkan atau mendeskripsikan data; ini dinamakan statistika deskriptif. Sebagian besar konsep dasar statistika mengasumsikan teori probabilitas. Beberapa istilah statistika antara lain :populasi, sampelunit sampel, dan probabilitas.

Statistik dalam Ilmu Psikologi
Statistika sebagai bahan perencanaan, Statistika sebagai bahan monitoring, Statistika sebagai bahan evaluasi. Penerapan ilmu statistik dalam ilmu psikologi adalah dengan metode wawancara (dengan kuesioner didalamnya terdapat pertanyaan  sehubungan dengan apa yang akan di teliti).
Contoh, Bagaimana kita mengukur sisi kepribadian seseorang dilihat dari gaya kepemimpinannya. Dimana kita tahu, peran kepemimpinan menuntut seorang pemegang jabatan untuk mempengaruhi bawahan, rekan sejawat atau atasan untuk melakukan tindakan dengan cara tertentu, dan bukan dengan cara lain. Setiap orang mengembangkan gayanya sendiri dalam mempengaruhi orang lain, yang dirasakan paling nyaman dan cenderung memberikan hasil yang paling baik baginya.  Kemudian, semua pertanyaan yang diajukan dijawab oleh narasumber dan diteliti melalui standart perhitungan dalam ilmu statistik. Hasil dari perhitungan statistik tersebut bias atau dapat digambarkan dalam angka atau pun diagram.

 Contoh Kasus
       Motivasi belajar siswa adalah dorongan atau keinginan yang kuat dari dalam diri seorang siswa untuk bisa berusaha dalam belajar, yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa sendiri (intrinsik) maupun faktor dari luar dirinya (ekstrinsik). Individu atau siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan berusaha dalam segala kemampuan yang ada dalam dirinya untuk meraih prestasi yang maksimal.


Penyusunan Skala Motivasi Belajar Siswa

          Skala Motivasi Belajar Siswa disusun dalam bentuk Skala Likert yang telah dimodifikasi terlebih dahulu, yaitu dengan mengubah alternatif jawaban yang semula berjumlah lima menjadi empat dengan tidak mencantumkan alternatif jawaban Entah (E), untuk menghindari central tendency yaitu kecenderungan secara umum untuk menarik ke arah pusat suatu skala.
Skala motivasi belajar siswa ini terdiri dari 46 pernyataan dengan empat pilihan jawaban yang bergerak dari 1 – 4 . Alternatif jawaban yang dapat dipilih adalah :

        SS           : Sangat Setuju
        S             : Setuju
        TS           : Tidak Setuju
        STS         : Sangat Tidak Setuju
      
      Adapun penyusunan skala motivasi belajar siswa ini berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Gottried (Nana Sudjana, 2006: 60) mengemukakan bahwa motivasi belajar yang tinggi terdiri dari beberapa aspek , yaitu :
- Kesenangan kenikmatan untuk belajar, berarti menaruh perhatian dan minat terhadap kegiatan-kegiatan itu dan me-rasa senang sewaktu mengerjakan tugas-tugas sekolah.
-  Orientasi terhadap penguasaan materi, suatu kemampuan yang diperoleh siswa dengan menguasai materi-materi yang disajikan di sekolah.
-  Hasrat ingin tahu, keinginan siswa yang memotivasi individu untuk mencari hal-hal baru dan mencarinya lebih jauh lagi.
- Keuletan dalam mengerjakan tugas; siswa memusatkan perhatian sepenuhnya untuk menyelesaikan tugas dan tidak mudah menyerah atau putus asa.
-  Keterlibatan yang tinggi pada tugas, siswa tekun dalam mengerjakan tugas, berkonsentrasi pada tugas dan meluang­kan waktu untuk belajar.
- Orientasi terhadap tugas-tugas yang menantang, sulit dan baru, siswa termo­tivasi untuk menyelesaikan tugas sulit ataupun baru daripada tugas mudah atau rutin



Sumber :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar